26 Feb 2013
12 Feb 2013
Eksplorasi Nikel
GEOLOGI EKSPLORASI
NIKEL
1. Geologi Regional Daerah Eksplorasi.
1.1 Fisiografi.
Berdasarkan Peta
geologi lembar Kolaka, secara
morfologi daerah ini dapat dibedakan menjadi empat satuan yaitu pegunungan, perbukitan,
daerah kars dan dataran rendah. Daerah pegunungan tersebar dibagian barat
(peg.Angowala) dan bagian timur (peg.Boro-boro) lembar dan sebagian P. kabaena
(G.Sambapalulli). Ketinggian antara 600 dan 1550 m diatas muka laut dengan
lereng yang umumnya curam. Perbukitan terdapat ditiga daerah, dibagian barat
lembar yang terbentang hampir Utara-Selatan, dibagian timur lembar yang
berbanjar Barat-Timur dan dibagian utara P.kabaena. ketinggiannya berkisar dari
100 hingga 600 m diatas muka air laut.
Pola aliran umumnya memperlihatkan
percabangan dengan dasar lembah agak datar dan memperlihatkan apengikisan
kesamping lebih kuat. Daerah kars terdapat dibeberapa bagian lembar ini
terutama diantara Boepinang hingga Toari dan sebagian P. Kabaena. Ketinggian mencapai
hampir 700 m dari muka air laut dan di P. Kabaena bahkan melebihi 1000 m.
Satuan ini banyak dibentuk oleh Batugamping dengan pola alirannya secara umum
banyak percabangan dan setempat terdapat di bawah tanah. Dataran rendah terluas
menempati bagian tengah daerah pemetaan dan beberapa tempat dekat pantai.
Satuan ini berketinggian hingga sekitar 150 m dari muka ir laut. Pola aliran
umumnya sejajar, pada beberapa tempat memperlihatkan pengikisan kesamping lebih
kuat.
1. 2 Stratigrafi.
Berdasarkan
himpunan batuan, struktur dan umur, secara regional di Lembar Kolaka terdapat
dua mandala (terrane) geologi sangat berbeda yang sering bersentuhan yaitu Mandala
Geologi Sulawesi timur dan Anjungan tukang besi Buton. Mandala Geologi Sulawesi
Timur dicirikan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malihan, sedangkan
anjungan Tukang Besi dicirikan oleh kelompok batuan sedimen pinggiran benua
yang beralaskan batuan malihan. Pada Mandala Geologi Sulawesi Timur batuan
tertua adalah batuan ultramafik yang merupakan batuan alas. Batuan ini bersama
batuan penutupnya yaitu batuan sedimen pelagos. Secara regional diberi nama
lajur ofiolit Sulawesi Timur. Batuan ultramafik terdiri dari peridotite,
serpentinit, wherlit, harzburgit, gabro, basal, mafik malihan yng disebut
kompleks pongpangeo dikuasai oleh berbagai jenis sekis dan sedimen malih.
Selain itu terdapat sarpentinit dan sekis glaukopan yang diperkiran batuan ini
terbentuk dalam lajur penunjaman Benioff pada akhir kapur Awal hingga paleogen
(Simandjuntak, 1980, 1986). Hubungan antara ultramafik dengan batuan malihan
kompleks Pompangeo adalah sentuhan tektonik.
Pada Neogen takselaras di atas kedua
mandala yang saling bersentuhan tersebut terendapkan kelompok Molasa Sulawesi.
Batuan jenis Molasa yang tertua di lembar Kolaka adalah Formasi Langkowala yang
diperkirakan berumur Akhir Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari batupasir
dan konglomerat. Formasi Langkowala mempunyai anggota konglomerat yang keduanya
berhubungan menjemari. Diatasnya menindih secara selaras batuan berumur Miosen
Akhir hingga Pliosen yang terdiri atas Formasi Eemoiko dan Formasi Boepinang.
Formasi Eemoiko dibentuk oleh batugamping koral, kalkarenit, batupasir
gampingan dan napal. Formasi Boepinang terdiri atas batulempung pasiran, napal
pasiran dan batupasir. Secara takselaras kedua formasi ini tertindih oleh
Formasi Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga
berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum padat.
Formasi Buara dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat lensa konglomerat
dan batupasir yang belum padat. formasi ini masih memperlihatkan hubungan yang
menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pantai yang berumur Resen. Satuan
batuan termuda di daerah ini adalah endapan sungai, rawa, dan kolovium.
1.3
Struktur dan Tektonika.
Sejarah geologi
dan perkembangan tektonik dilembar kolaka tidak dapat dipisahkan dengan evolusi
tektonik Sulawesi secara keseluruhan. Kerumitan geologi Sulawesi ini terutama
bagian timur sangat menarik.
Sesar Anggowala adalah merupakan
sesar utama daerah ini, merupakan sesar mendatar menganan (dextral). Sesar ini
berarah baratlaut – tenggara, dan diduga melanjut kearah utara dan bersambung
dengan sesar matano dilembar malili (Simandjuntak,drr.,1981), sesar ini diduga
mulai giat kembali pada awal Tersier, akibat pergerakkan tektonik, diantaranya
pengaruh gerakan benua kecil (minikontinen) kearah barat. Kekar dijumpai hampir
pada semua batuan, terutama batuan beku (Kompleks Ultramafik dan mafik), batuan
sedimen malih Mezosoikum dan batuan malihan (Kompleks pompangeo). Dalam batuan
Neogen kekar kurang berkembang, kekar ini diperkirakan terbentuk dalam beberapa
masa, Sejarah pengendapan batuan didaerah ini diduga sangat erat hubungannya
dengan perkembangan tektonik daerah Indonesia bagian timur, tempat lempeng
Samudra Pasifik, lempeng Benua Australia, dan lempeng Benua Eurasia saling
bertubrukan. Kompleks Ultramafik dan mafik berasal dari batuan kerak samudera
yang merupakan batuan dasar di Mandala Geologi Sulawesi Timur yang diduga
berumur Kapur.
Struktur dan Geologi Lembar Kolaka
memperlihatkan, bahwa daerah ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yang sangat
berbeda yaitu 10 batuan pindahan, terdiri dari ofiolit, batuan malihan, dan
sedimen pinggiran benua yang berumur Trias hingga Jura, dan 20 batuan authohton
berupa sedimen pasca-orogenesis Neogen (kelompok Molasa Sulawesi) dan
Batugamping Terumbu Kuarter.
Gambar.
Peta Geologi Lembar Kolaka
II.2. Geologi Lokal Daerah Eksplorasi.
Secara Morfologi
daerah Eksplorasi masuk dalam satuan perbukitan bergelombang lemah sampai sedang
yang dijumpai di bagian Utara dan satuan
pedataran bergelombang lemah yang dijumpai dibagian Selatan. Dengan elevasi tertinggi
yaitu 265 m sampai dengan 50 m di atas muka air laut. Sungai yang berkembang
pada daerah Eksplorasi yaitu sungai berstadia muda dengan system sungai
periodic yaitu sungai yang pada musim hujan debit air akan meningkat sedangkan
pada musim kemarau debit air akan berkurang bahkan kering. Secara umum Tata
guna lahan pada daerah eksplorasi yaitu hutan dan daerah perkebunan.
Daerah Eksplorasi disusun oleh
batuan Ultramafik yang berumur Kapur dan batuan kelompok Molasa Sulawesi,
sediment klastika pasca-Orogenesa Neogen yang berumur Miosen Akhir Hingga Resent.
Batuan Ultramafik dijumpai dibagian Utara daerah Eksplorasi yang sebagian telah
mengalami proses pelapukan dan lateritisasi sedangkan dibagian selatan batuan
ultramafik dijumpai setempat-setempat. Batuan sediment klastika pasca Orogenesa
Neogen yang dijumpai didaerah eksplorasi berupa Batugamping, tersebar dibagian
Utara dan Selatan daerah eksplorasi yang sebagian masih berupa singkapan batuan
yang masih utuh dan sebagian telah mengalami pelapukan dan bercampur dengan
lapukkan batuan ultramafik.
Batuan ultramafik pada daerah
eksplorasi berupa batuan Peridotite, Harzburgit dan sebagian tempat dijumpai
juga adanya Dunit. Sebagian besar batuan ultramafik telah mengalami proses
sarpentinisasi dan pengkayaan besi. Mineral garnerit yang merupakan indikasi
nikel laterit berkadar tinggi dijumpai mengisi rekahan atau vein pada batuan
ultramafik. Secara umum karakteristik pembentukkan nikel laterit yang ada di
daerah eksplorasi terbagi atas 2 yaitu yang terbentuk secara primer dan yang
terbentuk secara sekunder. Yang terbentuk secara primer yaitu yang berasal
langsung dari batuan ultramafik kerak samudra yang mana belum mengalami proses
pelapukan dan proses pengkayaan mineral, sedangkan yang terbentuk secara
sekunder yaitu batuan ultramafik yang telah mengalami proses pelapukan dan
pengkayaan mineral.
Struktur yang berkembang pada daerah
eksplorasi yaitu berupa struktur sesar normal yang berarah baratlaut – tenggara
yang merupakan sesar utama, sesar yang ada tersebut sangat berperan penting
terhadap proses pelapukan dan pengkayaan mineral yang ada pada daerah
eksplorasi.
HASIL KEGIATAN EKSPLORASI
1. Studi literature dan
field planning.
Studi literature dilakukan untuk mengetahui informasi awal secara umum
tentang keterdapatan cebakan nikel laterit sehingga dapat menjadi referensi
umum untuk melakukan persiapan lapangan. Persiapan lapangan antara lain
informasi kesampaian daerah, kondisi sosial masyarakat, logistic, personil dan
perlengkapan lapangan dan lainnya yang menunjang dalam kelancaran dilapangan.
2. Mapping
Geologi.
Mapping geologi dilakukan untuk mengetahui jenis batuan dan
penyebarannya, struktur geologi, mineralisasi, morfologi, penentuan batas daerah eksplorasi dan aspek-aspek lain yang
terkait akan keterdapatan cebakan nikel laterit. Pemetaan geologi dilakukan
pada peta topografi berskala 1 : 50.000.
Metode pemetaan dilakukan dengan cara pengamatan singkapan batuan
disetiap lintasan dengan positioning menggunakan GPS Garmin. Peralatan pemetaan
geologi yang dipergunakan adalah peta dasar, palu geologi, kompas, GPS garmin,
kamera, dan perlengkapan lainnya.
3. Pemetaan
Topografi.
Pemetaan topografi dilakukan untuk mengetahui topografi daerah eksplorasi
yang nantinya akan menghasilkan peta skala 1 : 1000 serta pemasangan titik bor
mesin.
4.
Pengambilan conto.
Kegiatan Pengeboran dilakukan dengan cara pengeboran
handauger dan pengeboran mesin. Pengeboran Handauger merupakan kegiatan
pengambilan conto untuk mengetahui indikasi dari nikel laterit yang ada yang
dilakukan baik secara acak maupun secara teratur, sedangkan pengeboran mesin
dilakukan untuk mengetahui kedalaman dan pola penyebaran dari nikel laterit
yang ada yang dapat dilakukan secara acak maupun secara teratur.
5. Analisa Conto
Analisa conto adalah pengujian conto secara
kimiawi untuk mengetahui kadar unsur NI, Co, Fe, Mn, Cr, SiO2. Analisa ini
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan analisis XRF.
Singkapan
batugamping dan batuan ultrabasa
Singkapan
soft-saprolit
Singkapan
rock-saprolit
Profil
laterit
11 Feb 2013
profil
LATAR BELAKANG PERUSAHAAN
PT. Global Bumi Lestari merupakan salah satu perusahaan yang berasal dari
Indonesia, dimana perusahaan ini bergerak dibidang jasa untuk Geologi dan Pertambangan.
Perusahaan ini mengutamakan hasil yang terbaik untuk mendapatkan data,
memberikan saran dan tepat waktu. PT. Global Bumi Lestari mengerjakan semua kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi
Batubara dan Mineral bijih, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan dalam berinvestasi di
pertambangan untuk para investor dan / atau pemilik tambang.
PT. Global Bumi Lestari lebih mengutamakan teknik pengerjaan yang ramah
lingkungan.
Kami
memiliki orang-orang yang bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi dalam
pekerjaan dibidang masing-masing. Tenaga ahli PT. Global Bumi Lestari mampu bekerja sendiri dan tim secara profesional, dan selalu mematuhi “ Standard Operating
Procedure” yang ada, dimana untuk melakukan setiap usaha pertambangan kami
lakukan sesuai prosedur yang berlaku sehingga dapat meminimalkan biaya yang
tidak efektif dan resiko yang akan muncul, serta menghasilkan keakuratan data
dan hasil yang maksimal dalam pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan kaidah
“ good mining practice”.
VISI dan MISI
Visi
PT. Global Bumi Lestari bergerak dibidang Geologi dan Pertambangan Indonesia dalam memberikan dan menerapkan konsep dan
praktek penambangan yang baik dengan mempertimbangkan dampak lingkungan secara
matang. Khususnya untuk Pertambangan
Batubara dan Mineral bijih, dengan menggunakan standar kwalitas Internasional.
Misi
1.
Berpartisipasi dalam bidang Eksplorasi dan
Eksploitasi.
2.
Menggunakan tenaga ahli terbaik dari Indonesia.
3.
Memberikan data dan hasil yang
akurat dan terpercaya kepada investor dan/ atau pemilik tambang skala kecil
sampai menengah, sehingga mendapatkan potret dan hasil prospek/ proyek tambang
secara benar dan menyeluruh, serta tepat waktu.
4.
Bekerjasama dengan para Pengusaha, Pemerintah,
Masyarakat, dan Alam / Lingkungan yang ada disekitar.
Langganan:
Postingan (Atom)